ANATOMI DAN FISIOLOGI
SISTEM REPRODUKSI PADA WANITA
Mata Kuliah:
SISTEM REPRODUKSI / PONEK
Oleh:
Arido Lapod
Bawendu S.Yuliana
Jois Mamahit
Norci Manahulending
Tri Wardani O. Sumangkut
Rike Pungis
Conny E. Waworuntu
Alvi Pungusingon
Zakarias Yando
DOSEN:
dr.Grace Sampow
FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat kasih dan
tuntunannya sehingga penyusunan makalah Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia pada khusunya Wanita dapat terselesaikan
dengan baik. Semua ini semata- mata adalah kehendak Tuhan.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah
semata-mata sebagai pemenuhan tugas yang diberikan oleh dosen, juga untuk menambah wawasan mahasiswa Fakultas
Keperawatan tentang Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia pada wanita
Adapun kesulitan yang kami hadapi dalam
penyusunan makalah ini yaitu mengenai sumber yang kami gunakan, keterbatasan
buku yang kamimiliki adalah masalah
utama yang kamu hadapi serta kurangnya kebersamaan dalam
kelompok juga adalah salah satunya.
Kami kelompok I mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu dosen dr.Grace
Smpow atas bimbingan yang diberikan
kepada kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap melalui makalah ini seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas
Keperawatan dapat mengerti dan memahami tentang Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia .Kami juga berharap apabila ada kesalahan
dalam penyusunan makalah ini pembaca dapat memberikan saran atau kritik demi
pembangunan karakter pendidikan yang lebih baik.
Tomohon,
21 Maret 2014
Kelompok
I.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang..................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA
a. Genitelia
Eksterna Wanita..............................................................................3
b. Genitalia Interna Wanita................................................................................4
c. Siklus
menstruasi .............................................................................................8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Masa pubertas pada wanita merupakan masa produktif
yaitu masa untuk mendapat keturunan, yang berlangsung kurang lebih 40 tahun.
Setelah itu, wanita memasuki masa
klimakterium yaitu masa peralihan antara
masa reproduksi dengan masa senium (kemunduran), di mana haid berangsur-angsur
berhenti selama 1-2 bulan dan kemudian berhenti sama sekali, yang disebut
menopause. Selanjutnya terjadi kemunduran alat-alat reproduksi, organ tubuh ,
dan kemampuan fisik.
Dalam Pengkajian pola Godon untuk Asuhan Keperawatan
terdapat salah satu pola yang disebut dengan Kajian Pola Reproduksi –
Seksualitas. Salah satu Pola ini dapat mempengaruhi Pola lainnya yang disebut
juga dengan Kebutuhan Dasar Manusia menurut Pola Gordon. Apabila salah satu
terganggu pasti akan mempengaruhi yang lain. Begitu pentingnya masalah
sexualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada pendapat ahli yang extrim
menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia pada hakekatnya dimotifasi dan
didorong oleh sex. Maka tidaklah mengherankan bahwa ada pendapat peneliti lain
mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan tingkah laku terjadi
oleh adanya gangguan pola perkembangan kehidupan psikosexualnya.
1.
Genetalia
Eksterna
Genetalia Eksterna terdiri dari:
a.
Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis
yang terdiri dari jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis
hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis
pubis. Pertumbuhan rambut kemaluan ini tergantung dari
suku bangsa dan juga dari jenis
kelamin.pada wanita umumnya batas
atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan kebawaah sampai sekitar anus dan paha.
b.
Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris,
berbentuk lonjong. Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk
perineum. Labia mayora bagian luar tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan
dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut,
merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora
pada wanita dewasa panjang 7- 8 cm,
lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak kedua labia mayora sangat
berdekatan.
c.
Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan
bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora
terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan berwarna kemerahan;Bagian
atas labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum clitoridis,
sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan
bersatu membentuk fourchette.
d.
Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi
luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah
dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada
laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang
rata-rata tidak melebihi 2 cm.
e.
Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara
bibir kecil (labia minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu
orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini,
dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk
mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar
bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun
bakteri-bakteri patogen.
f.
Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan
elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian besar dari liang senggama, di
tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk
dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti
bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang
seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama
sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior.
g.
Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya
kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus
coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani.
1.
Genetalia
Interna
A. VAGINA
Merupakan
saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan
muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus
levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina
terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm
dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian
serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi
puncak (ujung) vagina menjadi:
-Forniks
anterior -Forniks dekstra
-Forniks
posterior -Forniks sisistra
Sel
dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan pH
4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi
utama vagina:
1)
Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2)
Alat hubungan seks.
3)
Jalan lahir pada waktu persalinan.
B. UTERUS
Merupakan
Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan
rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup peritonium,
sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus
berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka
interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk
uterus seperti bola lampu dan gepeng.
1)
Korpus uteri : berbentuk segitiga
2)
Serviks uteri : berbentuk silinder
3)
Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk
mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat
dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran
anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada
wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter
Dinding
uterus terdiri dari tiga lapisan :
a)
Peritonium
Meliputi
dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan
yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum
meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
b)
Lapisan otot
Susunan
otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan
lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot
rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan
serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi
pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat terhenti. Makin
kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah.
Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum, yang
merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi
selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen
bawah rahim dan meregang saat persalinan.
c)
Endometrium
Pada
endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium
ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi
implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina.
Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri,
tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga
uterus adalah:
1) Ligamentum latum
• Ligamentum latum
seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
2) Ligamentum rotundum
(teres uteri)
• Terdiri dari otot
polos dan jaringan ikat.
• Fungsinya menahan
uterus dalam posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum
• Menggantung dinding
uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale
Machenrod
• Menghalangi
pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya
pembuluh darah menuju uterus.
5) Ligamentum
sacro-uterinum
• Merupakan penebalan dari
ligamentum kardinale Machenrod menuju os.sacrum.
6) Ligamentum
vesiko-uterinum
• Merupakan jaringan
ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan
persalinan.
C. TUBA FALLOPII
Tuba
fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya antara
3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di
lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil
konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan
hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.
D. OVARIUM
Merupakan
kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah tuba
uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap
bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira
pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel
de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan
ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium
yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a.
Memproduksi ovum
b.
Memproduksi hormone estrogen
c.
Memproduksi progesteron
Memasuki
pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel primordial
ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone
terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder
pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan
rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang
disebut menarche.
Awal-awal
menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan ovum yang
disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen
untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi
sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari
disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.
A.
Fisiologi
Sistem Reproduksi Wanita
1.
Hormon pada Wanita
Pada wanita, peran hormon dalam
perkembangan oogenesis dan perkembangan reproduksi jauh lebih kompleks
dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada wanita dalam proses
reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.
a.Siklus menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan
secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan endometrium.
Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi
sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut
ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium.
Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang
mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
Untuk mempermudah penjelasan
mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya peristiwa yang sangat
penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n)
menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi
pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi
dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase
ovulasi, fase pasca- ovulasi.
1.
Fase menstruasi
Fase
menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum
akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar
estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang
menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek
atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada endometrium
yang mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase
menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima hari. Volume darah
yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.
2.
Fase pra-ovulasi
Pada fase
pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon
gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya
FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi
satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari
ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum
di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.
Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding
dalam uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama
pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang
bersifta basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam
pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
3.
Fase ovulasi
Pada saat
mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi
hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi
umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari
hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah
disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de
Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
4.
Fase pasca-ovulasi
Pada fase
pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena
pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus
luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf
memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron
mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau
endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.
Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar
susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut
berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi
pembuahan atau kehamilan.
Proses
pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila
sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi
korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan
progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan
menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan
selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase
menstruasi berikutnya.
a.
Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder
memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder,
pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di
sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga
harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona
pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein
yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit
sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi
aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom
mengeluarkan:
1. Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa
hialuronid pada korona radiata.
2. Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan
glikoprotein pada zona pelusida.
3. Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder
sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder. Oosit sekunder juga
mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein
dengan fungsi :
a. Mengaktifkan
sperma agar bergerak lebih cepat.
b. Menarik
sperma secara kemotaksis positif.
c. Mengumpulkan
sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat
satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit
sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak
dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang
penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses
meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu
ovum yang disebut inti oosit sekunder.Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder,
inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan
berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid)
dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan
zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sistem reproduksi wanita terdiri atas 2 yaitu
Genetalia Eksterna dan Interna. Genetalia Eksterna terdiri atas Mons Venerum,
Klitoris, Labiya mayora,labiya minora, vestibulum,hymen dan perineum sedangkan
Genetalia Interna terdiri atas vagina,uterus,tuba fallopi dan ovarium. Genetalia Eksterna dan Genetalia Interna
memiliki perbedaan Anatomi maupun Fisiologinya tetapi tetap memiliki
keterkaitan yang saling bekerjasama yang sesuai dengan sistemnya yaitu system
reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
- Mansjoer, Arif dkk.2000. Kepita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta.
- Manuaba, Ida. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Penerbit buku kedokteran. Jakarta .
- Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakarta
- Saktiyono. 2004. 86-93, 96, 98.Sains : Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga,
- Jakarta.
- Tim IPA SMP/MTs. 2007.14. Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa
- Mega, Jakarta.
- Tim Biologi SMU.1997. 320,339-344, 348,349, 354-359. Biologi 2. Galaxy
- Puspa Mega. Jakarta.
No comments:
Post a Comment