Friday, 6 October 2017

Ringkasan Keperawatan Maternitas

1. Kehamilan

          A.    Tanda - Tanda Kehamilan
  1. Tanda Hamil Pasti
a.       Gerakan janin yang dapat dilihat/ diraba/ dirasa, juga bagian- bagian janin
b.      Denyut jantung janin
c.       Terlihat tulang –tulang janin dalam foto rontgen

  1. Tanda Tidak Pasti Kehamilan (Persumtive)
a.       Amenorea
b.      Nausea & vomiting
c.       Mengidam
d.      Pigsan
e.       Anoreksia
f.       Fatigue
g.      Mammae membesar
h.      Miksi
i.        Konstipasi/ obtipasi
j.        Pigmentasi kulit
k.      Epulis atau hipertrofi papil gusi
l.        Varises

  1. Tanda Kemungkinan Hamil
a.       Perut membesar
b.      Uterus membesar
c.       Tanda hegar
d.      Tanda chadwick
e.       Tanda piscaseck
f.       Kontraksi – kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (braxton hicks)
g.      Ballotement
h.      Reaksi kehamilan positif


            B.     Taksiran BB Janin
Ø  Jika kepala sudah masuk PAP
( TFU – 11 ) x 155 gram
Ø  Jika kepala belum masuk PAP
( TFU – 12 ) x 155 gram


            C.    HPHT
Ø  HPHT bulan Januari sd Maret
Tanggal + 7, Bulan + 9, Tahun + 0
Ø  HPHT bulan april sd desember
Tanggal + 7, Bulan – 3, Tahun + 1

            D.    Pemeriksaan Leopold
Ø  Leopold I
Mengukur tinggi Fundus Uteri
Ø  Leopold II
Puka Puki
Ø  Leopold III
Untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah dan apakah sudah masuk atau masih goyang.
Ø  Leopold IV
Untuk menentukan presentasi dan “engangement “


2. Persalinan
a.      Tahapan – tahapan persalinan
Ø  Kala I, Pembukaan
ü Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam dan multigravida sekitar 8 jam.
ü Tanda-tanda kala I persalinan :
·         Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
·         Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada servik.
·         Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
·         Servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement)

ü Fase-Fase kala I Persalinan
i.          Fase laten
·           Dimulai sejak awal kontraksi, pembukaan servik secara bertahap
·           Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
·           Biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam

ii.        Fase aktif
·           Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sd 4 cm.
·           Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sd 9 cm.
·           Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sd lengkap (+ 10 cm).
  
Ø  Kala II ( Pengeluaran Janin )
ü Pada akhir kala 1 atau pembukaan kala 2 dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah senndiri.
ü  Tanda-tanda kala II persalinan :
·         His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
·         Dor- ran
·         Tek-nus
·         Per-Jol
·         Vul-ka
·     Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.

Ø  Kala III ( Pengeluaran Plasenta )
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

Ø  Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.
Observasi yang dilakukan adalah:
1.      Tingkat kesadaran
2.      TTV
3.      Kontraksi Uterus
4.      Terjadinya perdarahan

a.      Moulage
Ø  Moulage 0
Tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat diraba
Ø  Moulage 1
Tulang – tulang kepala janin saling bersentuhan
Ø  Moulage 2
Tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
Ø  Moulage 3
Tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

b.      Faktor yang mempengaruhi persalinan
Ø  Power / Tenaga
Ø  Passages/jalan lahir
Ø  Passanger/ janin
Ø  Psikologis/kejiwaan ibu

c.       Periode nifas
Ø  Early Puerperium (masa nifas dini)
Masa dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan sendini mungkin.
Ø  Immediate Puerperium
Kepulihan alat-alat genetalia yag lamanya sampai dengan 6-8 minggu
Ø  Later Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila selama kehamilan  atau bersalin mengalami komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahunan.

d.      Rupture perineum  
Ø  Robekan perineum tingkat 1
Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek dan biasanya tidak memerlukan penjahitan.
Ø  Robekan perineum tingkat 2
Mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum perlu dijahit.
Ø  Robekan perineum tingkat 3
Robekan total muskulus sfingter ani eksternum ikut terputus dan kadang-kadang dinding depan rectum ikut robek pula. Menjahit robekan harus dilakukan dengan teliti.
Ø  Robekan perineum tingkat 4
Mukosa vagina, kulit, jaringan perineum, sfingter ani sampai ke ruktum perlu di rujuk.

e.       Adaptasi psikologis post partum
·           Fase Taking In ( dependent)
Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan, dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan pada tahap ini pasien sangat ketergantungan.
·         Fase Taking Hold (dependent- independent)
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap menerima pesan barunya dan belajar tentang hal-hal baru, pada fase ini ibu membutuhkan banyak sumber informasi.
·         Fase Letting Go (independent)
Fase dimulai minggu kelima sampai minggu keenam setelah kelahiran, dimana ibu mampu menerima tanggung jawab normal.

g.     Lochea  
1.        Lochea rubra
Hari 1 – 3 post partum : warna merah segar dan berisi gumplan darah segar sisa-sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks vaseosa, lanugo dan mekonium
2.      Lochea sanguilenta
Hari 3 - 7 post partum: berwarna merah kekuningan. Berisi darah dan verniks caseosa
3.        Lochea serosa,
Hari 7 – 14 post partum  : Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum.
4.      Lochea alba,
Hari 14 – 40 post partum; bentuknya seperti cairan putih berbentuk cream terdiri atas leokosit dan sel – sel desidua.


         3.      KB
a.      Jangka panjang
a)      Mantap
Ø  MOW (metode operasi wanita ) Tubektomi
Ø  MOP (metode operasi pria ) Vasektomi
b)      Tahun  
Ø  AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim )
IUD 10 tahun
Ø  Implant 3 tahun
b.      Jangka pendek
a)      Suntik
Ø  1 bulan tdk disarankan ibu menyusui
Ø  3 bulan disarankan ibu menyusui
b)      Pil KB
c)      Kondom

c.       Usia subur  
Hari terpendek
            Tanggal menstruasi – 18 =….
            Maka H + hasil hari terpendek =…
Hari terpanjang
Tanggal menstruasi – 11 = ….
Maka H + Hasil hari terpanjang =….


Thursday, 21 April 2016

Asuhan Keperawatan Maternitas Kehamilan Ektopik Aplikasi NANDA, NIC NOC

Asuhan Keperawatan Maternitas Kehamilan Ektopik Aplikasi Nanda NIC Noc

A. DEFINISI
     Kehamilan Ektopik  adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tetapi tidak menempel pada dinding endomentrium kavum uteri dan akibatnya tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi kehamilan Ektopik terganggu. (Ilmu kebidanan Sarwono).

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)  adalah kehamilan Ektopik yang terganggu,  dapat terjadi abortus atau pecah dan berbahaya bagi wanita tersebut.
Kehamilan Heterotopik  adalah kehamilan intrauterine yang terjadi dalam waktu yang berdekatan  dengan kehamilan Ektopik.
Kehamilan Ektopik Kombinasi (Combined Ectopic Pregnancy)  adalah kehamilan intrauterine yang terjadi pada waktu bersamaan dengan kehamilan ekstrauterine.
Kehamilan Ektopik Rangkap (Compound Ectopic Pregnancy)  adalah kehamilan Intrauterine dengan kehamilan ekstrauterin yang lebih dulu terjadi, tapi janin terlebih dulu sudah mati dan menjadi litopedion.
     Menurut Titus klasifikasi pembagian tempat terjadinya kehamilan ktopik adalah: 
1. Kehamilan Tuba
  • Intertisial 
  • Isthmus
  • Ampula 
  • Fimbrial 
2. Kehamilan Ovarial 
3. Kehamilan Abdomial
  • Primer 
  • Sekunder 
4. Kehamilan Tubo-Ovarial
5. Kehamilan Intraligamenter 
6. Kehamilan Servikal
7. Kehamilan Tanduk rahim rudimenter 
(Amru Sofian)

B. ETIOLOGI 
     Penyebab kehamilan Ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak, atau belum diketahui. Ada beberapa penyebab Kehamilan ektopik:
1. Faktor Uterus
  • Tumor rahim yang menekan tuba
  • Uterus Hipoplastis
2. Faktor Tuba
  • Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing 
  • Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk
  • Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
  • Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna 
  • Endomentriosis tuba
  • Divertikel tuba dan kelainan kongenital lainnya.
  • Perlekatan peritubal dan lekukan tuba
  • Tumor lain yang menekan tuba 
  • Lumen kembar dan sempit.
3. Faktor Ovarium
  • Migrasi eksterna dari ovum
  • Perlekatan membrane granulose 
  • Rapid cell devision
  • Migrasi internal ovum 
4. Faktor Hormonal
  Pemakaian pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan tuba melambat.

5. Faktor Abnormalitas dari Zigot
   Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh  dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, dan tumbuh di saluran tuba. 

6. Faktor Lain
  • Pemakaian  IUD terjadi peradangan 
  • Faktor umur 
  • Faktor perokok
C. MANIFESTASI KLINIS
1) Anamnesis: terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur. 

2)Jika terjadi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
  • Bila terjadi rupture tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat membahayakan jiwa si Ibu.
  • Pada abortus tuba keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat, hanya rasa sakit di perut dan perdarahan oervagina. Hal ini dapat dikacaukan dengan abortus biasa.
3) Rasa nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut,  seperti diiris dengan pisau disertasi muntah dan bisa jatuh pingsan. 

4) Tanda-tanda akut abdomen: Nyeri tekan yang hebat, muntah, gelisah,  pucat, anemis, nadi kecil dan halus, tensi rendah dan tidak terukur (shok).

5)Nyeri bahu: karena perangsangan diafragma.

6) Tanda cullen: saya kitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.

7) Pada pemeriksaan ginekologi  (pemeriksaan dalam) terdapat:
  • Adanya nyeri ayun: dengan menggerakan porsio dan serviks ibu akan merasa sakit yang sangat.
  • Douglas Crise: rasa nyeri hebat pada kavum douglasi.
  • Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah, begitu pula teraba masa Retrouterin ( masa pelvis)
8) Pervagina keluar decidual cast.

9) Pada palpasi perut dan pada perkusi: ada tanda-tanda perdarahan intra abdominal (shifting dullnes).

10) Pemeriksaan Labolatorium
  • Pemeiksaan HB Seri setiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar HB
  • Adanya lekositosis
11) Kuldosentesis ( Douglas Pungsi)

12) Pemeriksaan dengan USG 

Pemeriksaan Penunjang 
1) Laboratorium:  HB, Lukosit, Urine B-HCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.

2) USG:  
  • Tidak ada kantung Kehamilan dalam kavum uteri
  • Adanya kantung Kehamilan diluar kagum uteri
  • Adanya masa kompleks di rongga panggul 
3) Kuldosentesis: suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum douglas ada darah.

4) Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparatomi 

5) Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantung gestasi diluar Uterus.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Bedah
     Fernandes (1991) masih mengemukakan kriteria untuk menetapkan terapi hamil Ektopik dengan cara non operatif atau dengan tindakan operasi sebagai berikut:  

  Jika jumlah skor di atas enam,maka indikasi dilakukan tindakan operasi laparaskopi atau laparastomi.
    Penatalaksanaan Bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu.  Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin.  Pada dasarnya ada dua macam orang mbak dahan untuk menterminasi kehamilan tuba, yaitu: pembedahan konservatif,  dimana integritas tuba dipertahankan, dan pembedahan radikal dimana salpingektomi dilakukan. Pembedahan konservatif mencakup dua teknik yang kita kenal sebagai salping ostomi dan salping otomi. Selain itu, macam-macam pembedahan tersebut diatas dapat dilakukan melalui laparatomi maupun laparoskopi. Namun, bila pasien jatuh kedalam shok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan per laparoskopi.

D. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL 
  1. Kekurangan volume cairan b /d  kehilangan cairan aktif ditandai dengan perdarahan 
  2. Resiko shok 
  3. Resiko infeksi 
  4. Nyeri akut b/d kemajuan kehamilan tuba 
  5. Ansietas b/d prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan 
E. DISCHARGE PLANING 
  1. Biasakan hidup sehat dan bersih  terutama organ intim 
  2. Konsultasikan dengan dokter jika ingin memakai alat kontrasepsi dan terjadi hamil lagi.
  3. Rencanakan kehamilan dengan matang dan tidak mau mengkomsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu pembuahan Kehamilan 
  4. Berhenti merokok 
  5. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi resiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan resiko terjadinya  kehamilan ektopik. 
F. PATOFISIOLOGI



Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah aplikasi Nanda Nic Noc

Asuhan Keperawatan Jiwa
HARGA DIRI RENDAH 

A. DEFINISI
     Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes Ri,2000).
     Gangguan harga diri adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti,  rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keluar).
     Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:

  1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,  misalnya harus operasi,  kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
  • Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
  • Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
  • Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,  misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
2.  Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien ganggu jiwa.

B.ETIOLOGI 
     Beberapa faktor menunjang terjadinya perubahan konsep diri seseorang. 
Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu: 
1. Perkembangan individu yang meliputi: 
  • Adanya penolakan orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula mencintai orang lain. 
  • Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang tuanya atau orang tua yang penting / dekat dengan individu yang bersangkutan. 
  • Sikap orang tua over protektif, anak merasa tidak berguna,orang tua atau orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu. 
  • Anak menjadi frustasi,  putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.
2. Ideal Diri
  • Individu selalu dituntut untuk berhasil 
  • Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah 
  • Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
Faktor Presipitasi 
     Faktor presipitasi atau stesor pencetus dari munculnya harga diri rendah mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti: 
  1. Gangguan fisik dan mental sdalah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa malu  dan rendah diri 
  2. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik,  kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan denial.
Perilaku
  1. Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan mengobservasi penampilan klien,  misalnya kebersihan, dandanan,pakaian. Kemudian perawat mendiskusikan nya dengan klien untuk mendapatkan pandangan klien tentang gambaran dirinya. 
  2. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai yang berat.  Umumnya  disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri san menolak diri sendiri.
C. MANIFESTASI KLINIS
     menurut Keliat tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien harga diri rendah adalah:
  1. Perasaan malu pada diri sendiri,  individu mempunyai perasaan kurang percaya diri.
  2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam meraih sesuatu.
  3. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang lain 
  4. Gangguan berhubungan sosial seperti menarik diri,  lebih suka menyendiri dan tidak suka bertemu orang lain.
  5. Rasa percaya diri kurang,merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.
  6. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih sesuatu. 
  7. Mencederai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai dengan harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan. 
  8. Mudah tersinggung atau marah tang berlebihan. 
  9. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri. 
  10. Kurang memperhatikan perawatan diri, beroakaian tidak rapi, selerah makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bucara lambat dengan nada lemah.
  11. Penyalahgunaan zat.
D.PENATALAKSANAAN
     Terapi yang dapat diberikan antara lain: 
1. Psikoterapi 
   Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya dia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.

2. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4, yaitu aktivitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensorik, terapi aktivitas stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah Terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. 

E. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL 
  1. Kerusakan interaksi sosial: menarik diri b/d harga diri rendah
  2. Resiko perubahan persepsi sensorik: halusinasi b/d menarik diri 
  3. Harga diri rendah situasional 
  4. Ketidakefektifan koping
  5. Isolasi sosial 
F. DISCHARGE PLANING
  1. Kenali faktor yang menyebabkan harga diri rendah dan konsultasikan pemecahan masalah yang dihadapi 
  2. Berikan dukungan untuk dapat mengenali kelbuhan yang dimiliki dan mengkoreksi kekurangan pada diri dan mencari solusi secara bersama-sama.
  3. Ciptakan lingkungan yang dapat menciptakan kepercayaan diri pada penderita. 
  4. Berikan apresiasi terhadap apa yang telah diperoleh atau keberhasilan yang telah didapat. 
  5. Konsultasikan selalu jika terdapat hambatan dalam perawatan dan penanganan. 
  6. Bimbing dan damping untuk melakukan aktivitas dengan orang lain atau kelompok yang diharapkan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan kemampuan dalam bersosialisasi.

Monday, 18 April 2016

Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa Aplikasi Nanda Nic Noc

Mola Hidatidosa 

A. Definisi
     Mola Hidatidosa disebut juga hamil anggur, dapat dibagi menjadi Hidatidosa total dan Mola Hidatidosa parsial. Pada Mola Hidatidosa seluruh kavum uteri terisi jaringan vesikular berukuran bervariasi,  tidak terdapat fetus dan adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban). Mola hidatidosa parsial hanya sebagian korion bertransformasi menjadi vesikel, dapat terdapat atau tidak terdapat vetus.

B.  ETIOLOGI
      Penyebab Mola hidatinosa  tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah: 

  1. Faktor Ovum: Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
  2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya menjadi hyperplasia sel-sel tropoblast.
  3. Keadaan Sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat.  Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
  4. Paritas Tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat diidentifikasi dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal).
  5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim, dan buah dada ibu, kebutuhan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal.
  6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas,  infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya Mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.
C.  MANIFESTASI KLINIS
  1. Perdarahan pervaginam/gelembung mola.
  2. Gejala toksemia pada trimester I-II.
  3. Hiperemesis gravidarum.
  4. Tirotoksikosis.
  5. Embolk paru
  6. Pemeriksaan Fisik:
  • Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
  • Kista Lutein
  • Balotemen negative
  • Denyut jantung janin negative 
Pemeriksaan Penunjang 
  1. Pemeriksaan HCG
  2. Pemeriksaan USG
Penatalaksanaan Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu: 
  1. Perbaikan keadaan umum 
  2. Pengeluaran jaringan mola: kuretase dan histerektomi 
  3. Terapi profilaksis dengan sitostatika. Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola hidatidosa masih menjadi kontroversi. 
  4. Pemeriksaan tindak lanjut:

  • Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun.
  • Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol.
  • Pemeriksaan kadar β-hCG dilakukan setiap inggu sampai ditemukan kadar β-hCG normal tiga kali berturut-turut. 
  • setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar β-hCG normal selama 6 kali berturut-turut. 
  • Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG , pemeriksaan fisis, dan foto thoraks setelah satu tahun semuanha normal) maka penderita tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi. 
  • Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan meningkat atau pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase maka penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi. 




D.Masalah yang lazim muncul
  1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan pervaginam
  2. Nyeri Akut b.d perdarahan,  proses penjalaran penyakit 
  3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual sekunder akibat peningkatan kadar  β-hCG
  4. Inteloransi aktivitas
  5. Resiko Infeksi 
E.Discharge Planing
  1. Makan makanan yang mengandung protein tinggi sehingga meningkatkan daya tahan tubuh 
  2. Konsultasikan dengan dokter jika menginginkan kehamilan lagi
  3. Periksa kromosom ibu jika dicurigai terjadi infeksi virus 
  4. Control keadaan kesuburan pasangan pria (spermatozoa), wanita faktor Ovum.


Wednesday, 16 March 2016

Near Drowing (hampir tenggelam )


  Hampir tenggelam mengacu pada tindakan bertahan hidup terhadap efek fisiologis dari hipoksemia dan asidosis akibat menyelam dalam cairan. Masalah utama pada korban hampir tenggelam adalah Hipoksemia dan asidosis. Hampir tenggelam memiliki tiga bentuk,yaitu:
  • Kering: Korban tidak mengaspirasi cairan namun menderita obstruksi respiratorik atau afiksia (10% sampai 15%)
  • Basah: Korban mengaspirasi cairan dan menderita afiksia atau perubahan sekunder akibat aspirasi cairan (sekitar 85%)
  • Sekunder: Korban menderita distress respiratorik rekuren (biasanya pneumonia aspirasi atau edema pulmoner) dalam waktu beberapa menit sampai 2 hari setelah kejadian hampir-tenggelam.
PENYEBAB 
  • Pukulan di kepala saat berada di air
  • Kecelakaan perahu
  • Banyak minum sebelum berenang
  • Tidak bisa berenang 
  • Panik
  • Percobaan bunuh diri
TANDA DAN GEJALA
  • Distensi abdomial
  • Batuk yang mengeluarkan cairan berbusa dan berwarna merah muda
  • Demam
  • Gelisah, iritabilitas, letargi, konfusi, atau tidak sadar
  • Respirasi dangkal atau terengah-engah, atau apnea
  • Nyeri dada supsternal
  • Takikardia, bradikardia, atau asistole
  • Muntah
UJI DIAGNOSTIK
  • Diagnostik hampir tenggelam tergantung pada riwayat pasien, bukan uji diagnostik.
  • Ciri khasnya antara lain auskultasi dedas dan ronki
  • Analisis gas darah arterial (arterial blood gas- ABC) memperlihatkan hiperkarbia, hipoksemia, dan asidosis metabolik untuk memastikan diagnosis. 
  • Elektrokardiografi bisa memperlihatkan aritmia atau iskemia miokardial
  • Radiografi dada bisa menunjukan edema pulmoner.

Wednesday, 29 July 2015

GASTROENTERITIS



Gastroenteritis, disebut juga sebagai flu intestinal, diare pelancong, enteritis viral dan keracunan makanan, merupakan gangguan yang bersifat self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi) dan ditandai dengan diare, mual, muntah, dan kram abdominal. Gastroenteritis muncul disemua kelompok-usia dan merupakan penyebab utama mobiditas dan mortalitas di negara yang belum berkembang.


Gastroenteritis bisa membahayakan nyawa anak-anak, lansia dan orang yang mengalami kelemahan, akibat ketidakmampuan mereka untuk menoleransi kehilangan elektrolit dan cairan.




PENYEBAB
  • Amoeba : terutama Entamoeba bistolytica
  • Bakteri (penyebab keracunan makanan akut) : Staphylococus aureus, Salmonella, Shigela, Clostridium botulinum, Escherichia Coli, Clostridium perfringens
  • Reaksi Obat ; Antibiotik
  • Defisiensi enzim
  • Alergen makanan
  • Tercernanya toksin : tumbuhan atau jamur payung (cendawan)
  • Parasit : Ascaris, Enterobius, Trichinella Spiralis
  • Virus (bisa menyebabkan diare pelancong) : adenovirus,  astrovirus, echovirus,rotovirus,calcivirus, norovirus atau coxcackievirus.

TANDA DAN GEJALA
  • Ketidaknyamanan di abdomen (berkisar dari kram sampai nyeri)
  • Borborigmus
  • Hipermotilitas Usus
  • Diare 
  • Demam
  • Pengahabisan cairan intraseluler
  • Tidak enak Badan
  • Mual dan muntah

UJI DIAGNOSTIK
  • Studi labolatoris, misalnya pewanaan Gram, kultur darah, dan sampel tinja, mengidentifikasi bakteri, parasit, atau ameba penyebab.
PENANGANAN
  • Beri dukungan emosional, dan tingkatkan asupan cairan pasien
  • Penggantian ciran dan elektrolit diperlukan, jika gejala parah dan berlangsung lebih 3 sampai 4 hari pada anak kecil, lansia, atau orang yang mengalami kelemahan
  • Antibiotik menangani infeksi penyebab
  • Antiemetik digunakan untuk menangani mual dan muntah.

Monday, 29 June 2015

ACROMEGALY AND GIGANTISM

ACROMEGALY AND GIGANTISM
AKROMEGALI DAN GIGANTISME

Akromegali dan gigantisme merupakan penyakit kronis dan progresif yang ditandai dengan disfungsi hormonal dan pertumbuhan skeletal yang mengejutkan. Akromegali terjadi setelah penutupan epifiseal, sehingga menyababkan penebalan tulang dan pertumbuhan dan viseromegali melintang. Gigantisme mulai terjadi sebelum penutupan, epifiseal dan menyababkan pertumbuhan proporsional berlebihan di semua jaringan tubuh. Akromegali berkembang berlahan-lahan, sedangkan gigantisme berkembang secara tiba-tiba. Walaupun prognosis tergantung pada factor-faktor penyebabnya, gangguan ini biasanya akan mengurangi harapan hidup jika tidak ditangani dengan cara yang tepat pada waktunya.

PENYEBAB
  • Lesi pituitari ekstra piramidal atau tumor lain yang menyebabkan sekresi hormon pertumbuhan manusia (human growth hormone – HGH) yang berlebihan.
  • Sekresi HGH yang berlebihan, yang membuat seluruh bagian tubuh berubah, sehingga menyebabkan akromegali. Jika sekresi yang berlebihan ini terjadi sebelum masa pubertas, penderita mengalami gigantisme.
  • Kemungkinan ada penyebab genetic
  • Adenoma somatotropik.


TANDA DAN GEJALA
AKROMEGALI


  • Artropati
  • Sindrom terowongan karpal (carpal tunnel syndrome)
  • Otot proksimal lemah,
  • Letih
  • Acantbosis nigricans (tumbuhnya kutil halus yang jinak dan hyperpigmentasi yang muncul dikulit aksila, leher, dan daerah, anogenital).
  • Skin tag
  • Kulit berminyak
  • Pertumbuhan kartilago dan jaringan ikat yang berlebihan
  • Daerah supraorbital membesar dan telinga dan hidung menebal
  • Tonjolan rahang yang jelas terlihat, yang bisa mengganggu proses mengunyah,
  • Suara terdengar dalam dan bergaum
  • Jari-jari tangan menebal
  • Penyakit arteri coroner
  • Kardiomiopati yang disertai aritmia, hipertrofi ventrikular kiri, dan fungsi diastolic menurun
  • Hipertensi
  • Obstruksi jalan napas atas yang disertai sleep apnea
  • Viseromegali yang merata, meliputi kardiomegali, makroglosia, dan pembesaran kelenjar tiroid,
  • Dada seperti tong (barrel) dan kifosis
  • Tanda-tanda diabetes mellitus dan inteloransi glukosa.

GIGANTISME

  •  Keabnormalan skeletal dan tanda-tanda intoleransi glukosa seperti yang terlihat pada penderita akromegali
  • Pembesaran tumor pituitari (yang menyebabkan hilangnya hormone trofik lain misalnya hormone yang menstimulasi tiroid, hormone yang menstimulasi folikel, dan kortikotropin)

UJI DIAGNOSTIK
  •      Kadar serum HGH yang diukur dengan radioimmunoassay biasanya naik
  •    Uji supresi glukosa tidak bisa menekan kadar hormone sampai dibawah jumlah normal yang dapat diterima yaitu 2mg/ml
  •       Sinar-X tengkorak, computed tomography (CT) scan, Arteriografi, magnetic resonance imaging, menentukan keberadaan dan perluasan lesi pituitari.
  •    Sinar- X tulang menunjukkan penebalan kranium (terutama tulang frontal, oksipital, dan parietal) dan penebalan tulang panjang, serta osteoarthritis ditulang belakang.
PENANGANAN
-          Hipofisektomi kranial atau transfenoidal, atau terapi radiasi pituitari dilakukan untuk membuang tumor yang mendasar
-          Penggantian hormon tiroid dan gonadal dan kortison dilakukan setelah pembedahan
-          Bromocriptine (Parlodel) dan octreotide (Sandostatin) digunakan untuk menghambat sintesis HDH

TINDAKAN KEPERAWATAN
  1. Beri dukungan emosional pada pasien untuk membantunya mengatasi citra tubuh yang berubah,
  2. Kaji perubahan skeletal dan pelemahan otot pasien
  3. Lakukan atau bantu pasien melakukan latihan jangkauan pergerakan
  4. Pantau kadar glukosa darah pasien. Periksa tanda dan gejala hiperglikemia antara lain rasa letih, polyuria, dan polydipsia.
  5. Yakinkan pasien dan keluarganya kembali bahwa penyakit ini menyebabkan perubahan mood yang bisa dikelola dengan perawatan.
  6. Sebelum peembedahan tegaskan hal-hal yang dikatakan oleh dokter bedah kepada pasien dan cobalah menenangkan ketakutan pasien.
  7. Setelah pembedahan

  •     Secara tekun, pantaula TTV dan status neurologi pasien. Waspadai tanda kenaikan tekanan intrakarnial.
  •    Seringkali periksalah kadar glukosa darah, ingat bahwa kadar HGH turun cepat setelah pembedahan, sehingga menghilangkan efek antagonis insulin pada sebagian besar pasien dan bisa menimbulkan hipoglikemia.
  •      Ukur asupan dan output pasien setiap jam dan lihat adakah peningkatan yang besar pada output urin. Diabetes insipidus selintas, yang biasanya muncul setelah pembedahan terhadap hiperpituitarisme, bisa menyababkan urin yang keluar bertambah banyak.
  •   Jika pendekatan transfenoidal digunakan, bagian tubuh yang dibedah dibalut dengan jaringan,yang biasanya diambil dari bagian tengah paha. Perhatikan adakah kebocoran cairan serebrospinal dari tempat yang dibalut tersebut. Periksa adakah peningkatan drainase nase atau drainase kedalam nasofaring
  •    Bantu pasien bangun dari ranjang dn berjalan pada hari pertama sampai kedua setelah pembedahan, untuk setiap tingkatan aktifitas yang dilakukan
  •    Pastikan pasien dan keluarganya hormone mana saja yang harus diminum dan alasannya termasuk waktu dan dosis yang tepat.